Saat ini obesitas masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun obatnya telah ditemukan dalam
waktu lama. Gaya hidup modern ini telah membuat penyakit obesitas menjadi
masalah besar bagi Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 1,6
miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400
juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar
orang dewasa akan mengalami overweight
dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk
berusia lebih 15 tahun adalah 10,3%
(laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih
anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka
ini hampir sama dengan estimasi World
Healthy Organization sebesar 10% obesitas terjadi pada anak usia 5-17
tahun.
Obesitas adalah salah satu
penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi jika dibiarkan atau tidak dilakukan
terapi pengobatan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pada pasien di atas
16 tahun dan non-smokers dengan jelas
memperlihatkan bahwa baik pria dan wanita yang lebih obes pada awal penelitian
(dengan pemeriksaan-IMT), memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit ganas
seperti kanker. Peningkatan risiko kanker seperti kanker ginjal dan uterus pada
wanita dan kanker hati pada pria sangatlah mengejutkan. Hasil dari sebuah
penelitian lain menyatakan bahwa obesitas adalah penyebab ke-2 kanker setelah
merokok. Hasil dari penelitian ini dipresentasikan oleh Teh American Institute for Cancer Research and teh World Cancer
Research Fund International, dengan tema: Food, Nutrition, Physical Activity,
and teh Prevention of Cancer: A Global Perspective menyebutkan bahwa angka
kejadian obesitas makin meningkat dan merokok berkurang sehingga diperkirakan
bahwa obesitas satu dekade berikutnya akan menjadi faktor risiko pertama
terjadinya kanker di dunia (Depkes 2009).
Permasalahan obesitas secara
global ini belum terselesaikan secara tuntas dan optimal. Berbagai upaya
pencegahan, pengobatan dan terapi telah banyak dilakukan untuk mengurangi
obesitas yang semakin mengalami peningkatan di seluruh dunia. Namun, semua
upaya tersebut dirasa belum optimal dan masih kurang cocok diaplikasikan.
Alternatif baru yang sedang terus diteliti dan dikembangkan adalah pengobatan
menggunakan tanaman herbal atau tanaman obat. Pemanfaatan tanaman obat dianggap
sebagai media pengobatan alternatif yang lebih mudah dan murah untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tingginya biaya pengobatan modern dan nilai manfaat yang tinggi serta efek
samping yang relatif kecil dari tanaman obat juga menjadi faktor yang turut
mendorong berkembangnya minuman fungsional atau minuman herbal di masyarakat.
Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa tanaman obat aman dan
berkhasiat untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Menurut
Heyne (1987), diantara tanaman yang dapat digunakan masyarakat untuk mencegah
dan mengatasi gangguan kesehatan, yaitu salah satunya teh. Teh adalah minuman
yang berasal dari ekstrak daun teh (Camellia
sinensis) yang mampu menstimulus saraf dan memberikan efek menyegarkan.
Menurut Hartoyo (2003), teh selain sebagai minuman yang menyegarkan juga telah
lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Khasiat terhadap kesehatan
ini disebabkan oleh adanya kandungan zat-zat kimia dalam teh yang bersifat
fungsional bagi tubuh.
Bahan-bahan kimia dalam daun teh menurut
Bambang (1996) dapat digolongkan menjadi empat kelompok besar, yaitu substansi
fenol, substansi non fenol, substansi aromatik, dan enzim. Substansi fenol
terdiri atas katekin dan flavonoid; komponen non fenol terdiri atas
karbohidrat, pectin, klorophil, resin, vitamin.; serta enzim terdiri atas enzim
intervase, amylase, beta-glukosidase, protease, dan peroksidasenya. Menurut
Bambang (1996) katekin atau yang dikenal dengan nama tannin merupakan senyawa
yang penting pada daun teh. Katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam
kelas flavanol. Jumlah atau kandungan katekin bervariasi untuk masing-masing
jenis teh. Adapun katekin teh yang utama adalah epicatechin, epicatechin
gallat, epigallocatechin, dan epigallocatechin. Katekin mempunyai sifat tidak
berwarna, larut air, serta membawa sifat
pahit dan sepat pada seduhan teh. Semua sifat produk teh sangat erat
hubungannya dengan modifikasi pada katekin ini.
Beberapa
jenis teh memang umumnya dari daun Camelia
sinensis. Berdasarkan sifat fermentasinya dibedakan menjadi empat macam teh
yaitu teh hitam, teh olong, teh hijau, dan teh putih. Menurut para ahli semua
jenis teh mengandung senyawa yang bermanfaat folifenol, tehofilin atau
methixantin, tannin, vitamin B komplek C, E, dan K serta sejumlah mineral
seperti zink (Zn), selenium (Se), Mangan (Mn), dan magnesium (Mg) (Naland
2008). Roderick H. Dashwood, Ph.D., seorang ahli Biochemist di University’s Linus
Pauling Institute menjelaskan
bahwa banyak potensi dari polifenol (katekin), dan teh putih mempunyai kandungan polifenol sama besar
bahkan lebih tinggi daripada teh hijau dan teh jenis lain (Suharto 2009 ). Dilihat dari senyawa aktif yang
terkandung didalamnya, teh putih merupakan salah satu jenis teh yang berkhasiat mencegah kegemukan
atau epidemi obesitas.
Dari hasil riset diketahui bahwa ekstrak teh putih dapat mencegah jaringan
lemak berkembang sehingga menghambat potensi kegemukan dan membantu membakar
lemak. Hal
tersebut disebabkan ektrak teh mampu menaikkan metabolisme dan membuat tubuh
menjadi langsing. Penelitian lain membuktikan, khasiat teh putih
lebih baik dibandingkan dengan teh
jenis lain karena
mampu mengaktifkan sel manusia yang bertanggung jawab terhadap kegemukan atau overweight. Kemungkinan efek anti
obesitas dari teh putih (white tea) telah didemonstrasikan dalam
beberapa eksperimen dalam sel-sel lemak manusia (adiposit). Peneliti telah
menunjukkan bahwa ekstrak herbal teh
putih secara efektif memacu generasi dari adiposit baru
dan menstimulasi mobilisasi lemak dari sel-sel lemak matang . Ekstrak teh putih adalah sumber alami yang secara efektif menghambat
adipogenesis dan merangsang lipolysis-aktivitas. Oleh karena itu, dapat
dimanfaatkan untuk memodulasi tingkat yang berbeda dari siklus hidup adipocyte.
Zat aktif
utama yang berperan disini adalah epigallocatechin-3-gallate (EGCG) (gambar 1) dan juga methylxanthines (seperti kafein).
Bahan ini diketahui mengerahkan efek biologis pada adipocytes.
Gambar 1. Struktur kimia Epigallocatechin gallate (EGCG) (Suharto 2009)
Epigallocatechin gallate
(EGCG) merupakan antioksidan dalam teh putih terutama dari keluarga catechin, dan termasuk
epicatechin, epicatechin gallate, dan epigallocatechin. Namun, antioksidan yang
paling penting dan utama dalam
teh putih disebut EGCG, yang merupakan kependekan dari epigallocatechin
gallate. Itu membuat hingga hampir 50 persen dari konten antioksidan. Dalam
percobaan laboratorium, EGCG adalah diukur hingga 100 kali lebih aktif daripada
vitamin A dan C. Secangkir teh putih umumnya dianggap mengandung lebih banyak
antioksidan daripada satu porsi brokoli, bayam, stroberi,dan lain sayuran dan buah-buahan
sehat. Manfaat kesehatan dari teh putih disebabkan oleh potensi EGCG
(Suharto 2009)
(i) (ii)
Gambar.2.
(i) Teh putih dari Fuding di Fujian, yang
dianggap sebagai teh putih kelas terbaik (ii) tanaman teh (Camellia sinensis) (Adiwilaga 2005)
Proses pembuatan teh putih
Teh putih merupakan jenis teh terbaik
karena untuk mendapatkannya hanya diambil dari satu pucuk daun teh paling muda
dan tinggi yang masih dipenuhi bulu. Pada pengolahannya teh putih tidak
mengalami proses fermentasi karena hanya diuapkan dan dikeringkan sehingga
memiliki kandungan antioksidan tinggi. Teh putih dilayukan dan dikeringkan dengan cepat, sehingga daunnya lebih
terlihat segar. Teh ini dipanaskan dengan api hingga daunnya menggulung. Oolong
dan teh hitam mendapatkan warna hitam dari adanya proses tambahan yaitu
fermentasi. Daun teh putih setelah dikeringkan tidak
berwarna hijau tapi berwarna putih keperakan dan bila diseduh berwarna lebih
pucat dengan aroma lembut dan segar. Jadi, perbedaan dengan teh lain terletak dengan perlakuan selama proses
pengolahan dimana pada teh jenis lain menggunakan pemanasan sinar matahari dan
fermentasi sedangkan pada teh putih tanpa melalui kedua hal tersebut.
Dalam
prosesnya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatannya adalah pemilhan
bahan baku yang berkualitas, kemudian pelayuan cepat, pengeringan, dan langsung
pengemasan. Sortasi bahan baku merupakan tahap awal yang perlu dilakukan untuk
memperoleh pucuk teh yang berkualitas, kriteria untuk teh yang bisa dijadikan teh putih
adalah pucuk yang masih muda, tinggi, dan masih ditumbuhi bulu-bulu halus
berwarna putih. Metode berikutnya adalah pengeringan. Teh yang sudah disortir
kemudian dilakukan pelayuan dan pengeringan. Keduanya dilakukan secara cepat,
agar diperoleh daun teh yang tetap segar. Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan api baik dengan alat ataupun bisa manual, pemanasan dihentikan
sampai daunnya menggulung. Kemudian proses selanjutnya adalah pengemasan.
Tujuan pengemasan untuk menjaga kualitas dari teh putih yang telah diproses,
seperti terlihat pada gambar 1. Upaya untuk membuat produk teh putih herbal yang lebih praktis dapat dilakukan dengan
membuatnya menjadi produk celup sebagaimana yang ada di pasaran saat ini.
Aplikasi teh putih
untuk fitoterapi epidemi obesitas
Fitoterapi atau terapi
menggunakan tumbuhan, merupakan metode yang paling digemari saat ini. Terapi
ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia dari dulu kala namun baru
popular lagi akahir-akhir ini. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup masyarakat
modern seperti sekarang ini yang menghendaki kepraktisan dan pola hidup serba
cepat ata instan. Mengingat dengan segala potensi teh putih, rasanya sangat
cocok untuk diaplikasikan untuk fitoterapi penanggulangan epidemic obesitas.
Caranya, teh putih dapat dikonsumsi setiap hari dengan teratur. Teh ini bisa
digunakan untuk terapi penyembuhan dan bisa juga untuk penjegahan. Jumlah
takaran saji yang dianjurkan sama dengan teh pada umumnya, yakni sekitar 50-100
mg/sajian. Teh putih dapat dikonsumsi 3-4 kali sehari tergantung dengan
tujuannya apakah untuk fitoterapi atau untuk pencegahan atau program diet. Teh
ini dapat langsung diseduh dengan air panas, tanpa merebusnya terlebih dahulu.
Keunggulan teh putih
selain untuk mencegah dan mengobati penyakit epidemic obesitas adalah efisiensi
produk yang mudah dan praktis serta kepopuleran segala jenis minuman berbasis
teh di masyarakat luas. Selain itu, melihat prospek bahwa teh putih sangat
terkenal di seluruh dunia, tentu hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi
Indonesia pada umumnya yang notabene adalah salah satu pemasok besar teh di
dunia, dan secara khusus juga menambah manfaat
atau edit value dari teh
tersebut sehingga akan berdampak sistemik di berbagai bidang terutama penerapan
teknologi tepat guna.
Dampak sosial, ekonomi,
dan kemasyarakatan
Adanya peningkatan nilai tambah dari bahan yang belum
termanfaatkan optimal, menyebabkan akan diperoleh banyak keuntungan jika teh
putih nantinya benar-benar diproduksi di Indonesia. Sejauh ini produksi teh
putih baru diterapkan beberapa negara di dunia salah satunya yang sudah
berhasil adalah China. Apabila menilik potensi yang dimiliki, rasanya Indonesia
juga sangat cocok untuk produksi teh herbal ini, terutama terkait kondisi
geografis yang menguntungkan untuk berbagai aplikasi agroindustri.
Pengaplikasian bisa dimulai dari industri kecil, kemudian bisa menengah baru
jika sukses dapat diterapkan di industri besar. Ditambah lagi dengan maraknya
industry minuman teh saat ini sehingga berdampak pada komparasi kualitas produk
secara terus-menerus. Hal ini adalah sinyal positif bagi kemajuan agroindustri
di Indonesia.
Selain itu, mengingat trend minum teh dan gaya hidup sehat
pada konsep “back to nature” membuat
produk olahan modifikasi teh lebih nyaman dan menguntungkan untuk dikonsumsi
karena selain menyegarkan, praktis, juga sifat fungsionalnya yang sangat
berguna bagi kesehatan. Dengan kata lain, aplikasi pembuatan teh putih dapat
menerapkan prinsip co-management yakni
suatu prinsip yang menekankan kerja sama dalam upaya pengembangannya, baik dari
institusi, UKM serta utamanya para
industri minuman teh.