suplier cardigan candies

Senin, 07 November 2011

Waspadai dan cegah Hemoroid


Gambaran Umum Penyakit
Hemoroid atau wasir atau ambeyen adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50 an,  diperkirakan sekitar 50-85% populasi dunia akan mengalami gejala wasir pada periode tertentu dalam hidupnya. Pada penderita wasir umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar
karena terasa sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat
tekanan. Pada penderita wasir parah terkadang sulit diobati sehingga
diberikan tindakan operasi pengangkatan wasir yang dapat memberi efek
samping yang  kurang baik (Keigley 2001).
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid interna yang terjadi diatas sfingter anal dan hemoroid eksternal yang terjadi diluar sfingter anal. Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu: Derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop; Derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk mengalami trombosis atau infark. Untuk melihat risiko perdarahan, hemoroid dapat dideteksi olek adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid ( Keigley 2001).

Etiologi
Penyebab terjadinya wasir bermacam-macam. Wasir dapat diturunkan secara genetik, atau karena memang lemahnya pembuluh darah vena di rektum atau anus, atau juga dapat disebabkan karena terlalu sering dan kuat mengedan (kesulitan buang air besar atau diare). Duduk yang terlalu lama juga dapat menyebabkan terjadinya wasir. Hipertensi (darah tinggi), obesitas (kegemukan), dan gaya hidup yang malas (tidak aktif) juga merupakan salah satu pencetus terjadinya wasir (Keigley 2001).
Konsumsi alkohol dan kopi dalam jumlah banyak dan sering juga merupakan salah satu faktor pencetus. Alkohol dapat menyebabkan penyakit hati yang pada akhirnya akan menimbulkan penyumbatan aliran pembuluh darah pada rektum atau anus, sedangkan mengkonsumsi terlalu banyak kopi dapat menyebabkan hipertensi. Keadaan dehidrasi (kekurangan cairan) dapat juga menjadi faktor penyebab. Dehidrasi dapat menyebabkan tinja yang keras dan kesulitan buang air besar. Kekurangan vitamin E merupakan faktor yang lainnya( Keigley 2001).

Faktor risiko hemoroid antara lain mengejan pada saat buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca), peningkatan tekanan intra abdomen yang disebabkan oleh tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan karena tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare yang berlebihan, hubungan seks per-anal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi ( Keigley 2001).

Patofisiologi
Bagan 1 Patofisiologi Hemorroid


Gejala dan Tanda
Dalam praktiknya, sebagian besar pasien tanpa gejala. Pasien diketahui menderita hemoroid secara kebetulan pada waktu pemeriksaan untuk gangguan saluran cerna bagian bawah yang lain waktu endoskopi/kolonoskopi (teropong usus besar). Gejala secara umum adalah perdarahan lewat dubur, nyeri, pembengkak-an atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau kekuar cairan melalui dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah pantat (Apriani 2008).
Menurut jenisnya gejala hemoroid dibedakan menjadi gejala hemoroid ekterna dan gejala hemoroid interna. Gejala hemoroid eksterna adalah sulit BAB, rasa tidak nyaman dan nyeri ketika BAB, keluar darah merah segar. Sedangkan gejala hemorrhoid eksterna antara lain, keluar darah merah segar, prolaps (massa/benjolan yang keluar melalui anus ketika BAB), gatal, nyeri ketika BAB. Nyeri yang timbul akibat hemorrhoid baik eksterna maupun interna bersifat ringan (Keigley 2001).

Pengobatan
Pengobatan hemoroid terdiri dari pengobatan medis dan pengobatan pembedahan. Pengobatan medis terdiri dari non farmakologis, farmakologis dan tindakan minimal invasif. Pengobatan medis non farmakologis berupa perbaikan pola hidup, makan dan minum, perbaikan cara/pola defekasi (buang air besar). Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku buang air (Brunner & Suddart  2001)
Pengobatan medis farmakologis. Obat hemoroid bertujuan untuk memperbaiki defekasi, meredakan keluhan subyektif, menghentikan perdarahan dan mencegah timbulnya keluhan serta gejala. Obat memperbaiki defekasi: terdiri dari suplemen serat dan pelicin tinja. Obat meredakan keluhan: bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Obat menghentikan perdarahan: perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Tindakan minimal invasif yang dilakukan bila pengobatan non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Tindakan yang dilakukan antara lain skleroterapi hemoroid (menyuntikkan obat pada hemoroidnya), ligasi hemoroid (mengikat hemoroid), dan pengobatan hemoroid dengan terapi laser. Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps, trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang (Brunner & Suddarth 2001)
Pengobatan Zat Gizi
Pengobatan hemoroid dengan penggunaan zat gizi dianjurkan pasien harus banyak minum 30-40 cc/kgBB/hari, dan harus banyak makan serat (dianjurkan sekitar 30 gram/hari) seperti buah-buahan, sayuran, sereal dan bila perlu suplementasi serat komersial. Makanan yang terlalu berbumbu atau terlalu pedas harus dihindari. Selain itu, dianjurkan untuk posisi jongkok waktu defekasi dan tindakan menjaga kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit 3 kali sehari. Pasien dinasehatkan untuk tidak banyak duduk atau tidur, namun banyak bergerak/jalan (Anonim 2009).
Diet
            Pemberian diet pada penderita hemoroid adalah diet serat tinggi. Diet serat tinggi merupakan diet yang diberikan dengan komponen bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh tubuh seperti polisakarida non pati. Serat terdiri atas dua golongan, yaitu serat larut air dan tidak larut air. Serat tidak larut air adalah selulosa, hemi selulosa, dan lignin yang banyak terdapat dalam dedak beras, gandum sayuran, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat mencagah defekasi sehingga mencegah obstipasi, hemoroid, dan divertikulosis. Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi berjalan normal. Beberapa syarat diet serat tinggi adalah energi, protein, dan lemak dan karbohidrat cukup, vitamin dan mineral tinggi, cairan tinggi serta serat tinggi yaitu 30-50 g/hari terutama serat tidak larut air yang berasal dari beras tumbuk, beras merah, roti, sayuran, dan buah (Almatsier 2004).




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kenali Penyakit Wasir Sebelum Terlambar. http://konsultasikesehatan.net [ 10 November 2010]
. 2009. Diet Tinggi Serat. http://informasisehat.wordpress.com [ 10 November 2010]
. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hemoroid. /http://viethanurse.wordpress.
Aproyani. 2008. Kesehatan Penyakit Ambeyen. http://community.siutao.com [ 10 Desember 2010]
Almatsier Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia
com
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Keigley MRB. 2001. Hemorrhoidal Disease in Surgery of the Anus, Rectum and Colon, 2nd edition. WB Saunders: London.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar